Bergerak: Teknologi Informasi dan Komunikasi Indonesia Tahun 2011
Ketika saya pulang ke desa saya beberapa waktu yang lalu, saya menyempatkan diri untuk berjalan-jalan di sawah. Kebetulan bapak saya memiliki beberapa petak sawah yang digarap oleh tetangga dengan sistem bagi hasil. Ketika pandangan saya tertuju ke hamparan sawah yang luas, tiba-tiba saya tersentak oleh nada dering dari sebuah handphone. Ternyata salah satu petani di situ sedang menerima telepon dari anaknya yang bekerja di Malaysia.
Sepuluh tahun yang lalu, akan sangat aneh jika melihat petani ke sawah membawa handphone, yang ada adalah mereka membawa radio untuk mendengarkan lagu-lagu kesayangan yang diputar oleh penyiar untuk menemani pada saat merawat tanaman. Saat ini, penetrasi penggunaan telepon genggam merambah sampai ke pelosok desa. Tidak hanya sampai pelosok desa, orang-orang di pedalaman sampai di Papua pun menikmati layanan seluler ini. Sebagai informasi, tulisan ini saya posting dari Kabupaten Yahukimo, Provinsi Papua.
Pada tahun 2003-2004, saya merasa heboh dengan munculnya teknologi GPRS, dimana saya bisa mengakses Internet melalui telepon genggam. Pada saat itu koneksi GPRS yang lambat dan mahal hanya bisa dinikmati oleh orang-orang di kota besar. Perangkat pun terbatas, bahkan saya sempat bingung pada waktu itu dalam membeli handphone, antara yang bisa GPRS (Siemens ME45) atau yang bisa memutar MP3 (Siemens SL-45i). Belum ada perangkat yang bisa melakukan keduanya sekaligus. Saat ini, perangkat-perangkat keluaran terbaru mampu untuk mengakses Internet, melakukan video call, video streaming, memutar musik, mendengarkan radio, bahkan beberapa ponsel mampu untuk memutar siaran televisi. Blackberry yang pada awalnya baru dinikmati oleh orang-orang bisnis, sekarang ada dalam genggaman anak-anak muda dan remaja. Ternyata, trend seperti ini tidak hanya di Indonesia. Kemajuan ini sudah merasuki dunia global. Saya mengamati ketika berkunjung ke Thailand bulan Nopember 2010 lalu, kebiasaan anak-anak muda di sana dalam hal gadget tidak jauh berbeda dengan kebiasaan kita di Indonesia.
Sejak era Friendster, yang mulai dibuka ke publik pada tahun 2002, terlihat perkembangan teknologi mengarak ke social networking, ditambah dengan bermunculannya situs-situs jejaring sosial, termasuk booming Facebook dan Twitter. Dalam dunia publikasi pun, muncul istilah blog. Jika pada masa lampau berita dan opini kebanyakan dikeluarkan melalui media massa atau portal website yang terstruktur organisasinya, kini orang banyak pun mengutarakan pendapat, berbagi informasi melalui blog pribadi.
Dukungan-dukungan terhadap jejaring sosial tersebut tidak lepas dari tersedianya infrastruktur Internet yang tersebar sampai ke penjuru tanah air. Jika pada masa lampau kebanyakan orang mengakses internet melalui fixed station di rumah, kantor atau warnet, sekarang banyak pula pengakses internet dengan menggunakan mobile device, mulai dari laptop yang memiliki fasilitas WiFi dan mobile internet melalui jaringan seluler, sampai dengan mengakses melalui handphone maupun tablet PC.
Saya secara pribadi sebenarnya menyenangi bekerja dengan PC dan layar yang lebar. Namun kebutuhan saya untuk bekerja secara bergerak membuat saya memerlukan perangkat yang kecil, ringan, multifungsi, dan mudah dibawa kemana saja. Saya menggunakan laptop yang kecil, cepat dan memiliki ketahanan baterai yang lama. Saya membawa perangkat Blackberry yang saya gunakan untuk telepon, SMS, chatting, menerima email, dan terhubung ke jaringan sosial. Saya menggunakan laptop saya untuk pekerjaan multimedia, mengkompilasi program, membuat laporan dan melakukan pekerjaan rutin. Laptop pun tidak menyala setiap saat, sehingga saya juga memakai Blackberry saya yang aktif seharian untuk membuat draft surat-surat atau tulisan, mengambil foto dan video untuk dokumentasi.
Kemudian, tablet PC bersinar kembali dengan diluncurkannya iPad oleh Apple, Galaxy Tab oleh Samsung, dan banyak vendor lain yang juga memproduksi tablet PC sejenis. Dengan ukuran yang mudah dibawa, komputasi yang cepat dan baterai tahan lama membuat saya tertarik untuk segera memilikinya. Dan teknologi pun mengerucut ke arah mobile.
Tahun 2011, dalam mobile industry akan berkembang suatu teknologi yang saling berkolaborasi antara infrastruktur dan content. Dari sisi infrastruktur, akan muncul perlombaan peralatan mobile yang multifungsi dengan spesifikasi yang lebih tinggi (resolusi kamera, layar, kualitas suara), lebih mudah dibawa, baterai yang tahan lebih lama, lebih cepat, dan bisa melakukan banyak hal dengan mudah.
Sedangkan dari sisi content, para penyedia layanan web, email, e-commerce, social networking, online games, dan layanan lain akan berusaha untuk menyediakan sistem pelayanan yang semakin memiliki kompatibilitas dengan perangkat mobile yang dimiliki oleh para penggunanya. Dalam keyakinan saya, Indonesia pun mulai bersinar dengan didukung oleh banyaknya developer kreatif yang berkembang dengan mendirikan berbagai perusahaan start-up yang menyediakan berbagai layanan yang bisa diakses dengan mudah melalui perangkat mobile.
Sepuluh tahun yang lalu, akan sangat aneh jika melihat petani ke sawah membawa handphone, yang ada adalah mereka membawa radio untuk mendengarkan lagu-lagu kesayangan yang diputar oleh penyiar untuk menemani pada saat merawat tanaman. Saat ini, penetrasi penggunaan telepon genggam merambah sampai ke pelosok desa. Tidak hanya sampai pelosok desa, orang-orang di pedalaman sampai di Papua pun menikmati layanan seluler ini. Sebagai informasi, tulisan ini saya posting dari Kabupaten Yahukimo, Provinsi Papua.
Pada tahun 2003-2004, saya merasa heboh dengan munculnya teknologi GPRS, dimana saya bisa mengakses Internet melalui telepon genggam. Pada saat itu koneksi GPRS yang lambat dan mahal hanya bisa dinikmati oleh orang-orang di kota besar. Perangkat pun terbatas, bahkan saya sempat bingung pada waktu itu dalam membeli handphone, antara yang bisa GPRS (Siemens ME45) atau yang bisa memutar MP3 (Siemens SL-45i). Belum ada perangkat yang bisa melakukan keduanya sekaligus. Saat ini, perangkat-perangkat keluaran terbaru mampu untuk mengakses Internet, melakukan video call, video streaming, memutar musik, mendengarkan radio, bahkan beberapa ponsel mampu untuk memutar siaran televisi. Blackberry yang pada awalnya baru dinikmati oleh orang-orang bisnis, sekarang ada dalam genggaman anak-anak muda dan remaja. Ternyata, trend seperti ini tidak hanya di Indonesia. Kemajuan ini sudah merasuki dunia global. Saya mengamati ketika berkunjung ke Thailand bulan Nopember 2010 lalu, kebiasaan anak-anak muda di sana dalam hal gadget tidak jauh berbeda dengan kebiasaan kita di Indonesia.
Sejak era Friendster, yang mulai dibuka ke publik pada tahun 2002, terlihat perkembangan teknologi mengarak ke social networking, ditambah dengan bermunculannya situs-situs jejaring sosial, termasuk booming Facebook dan Twitter. Dalam dunia publikasi pun, muncul istilah blog. Jika pada masa lampau berita dan opini kebanyakan dikeluarkan melalui media massa atau portal website yang terstruktur organisasinya, kini orang banyak pun mengutarakan pendapat, berbagi informasi melalui blog pribadi.
Dukungan-dukungan terhadap jejaring sosial tersebut tidak lepas dari tersedianya infrastruktur Internet yang tersebar sampai ke penjuru tanah air. Jika pada masa lampau kebanyakan orang mengakses internet melalui fixed station di rumah, kantor atau warnet, sekarang banyak pula pengakses internet dengan menggunakan mobile device, mulai dari laptop yang memiliki fasilitas WiFi dan mobile internet melalui jaringan seluler, sampai dengan mengakses melalui handphone maupun tablet PC.
Saya secara pribadi sebenarnya menyenangi bekerja dengan PC dan layar yang lebar. Namun kebutuhan saya untuk bekerja secara bergerak membuat saya memerlukan perangkat yang kecil, ringan, multifungsi, dan mudah dibawa kemana saja. Saya menggunakan laptop yang kecil, cepat dan memiliki ketahanan baterai yang lama. Saya membawa perangkat Blackberry yang saya gunakan untuk telepon, SMS, chatting, menerima email, dan terhubung ke jaringan sosial. Saya menggunakan laptop saya untuk pekerjaan multimedia, mengkompilasi program, membuat laporan dan melakukan pekerjaan rutin. Laptop pun tidak menyala setiap saat, sehingga saya juga memakai Blackberry saya yang aktif seharian untuk membuat draft surat-surat atau tulisan, mengambil foto dan video untuk dokumentasi.
Kemudian, tablet PC bersinar kembali dengan diluncurkannya iPad oleh Apple, Galaxy Tab oleh Samsung, dan banyak vendor lain yang juga memproduksi tablet PC sejenis. Dengan ukuran yang mudah dibawa, komputasi yang cepat dan baterai tahan lama membuat saya tertarik untuk segera memilikinya. Dan teknologi pun mengerucut ke arah mobile.
Tahun 2011, dalam mobile industry akan berkembang suatu teknologi yang saling berkolaborasi antara infrastruktur dan content. Dari sisi infrastruktur, akan muncul perlombaan peralatan mobile yang multifungsi dengan spesifikasi yang lebih tinggi (resolusi kamera, layar, kualitas suara), lebih mudah dibawa, baterai yang tahan lebih lama, lebih cepat, dan bisa melakukan banyak hal dengan mudah.
Sedangkan dari sisi content, para penyedia layanan web, email, e-commerce, social networking, online games, dan layanan lain akan berusaha untuk menyediakan sistem pelayanan yang semakin memiliki kompatibilitas dengan perangkat mobile yang dimiliki oleh para penggunanya. Dalam keyakinan saya, Indonesia pun mulai bersinar dengan didukung oleh banyaknya developer kreatif yang berkembang dengan mendirikan berbagai perusahaan start-up yang menyediakan berbagai layanan yang bisa diakses dengan mudah melalui perangkat mobile.